About Me

My photo
Salatiga, Central Java, Indonesia
Hi I am Bramantya Widiantoro but most people know me by Badonx. I love adventure and nature tho I must admit that I have not spent much time in this. I write stories and poems to express my feelings toward many things such as humanity, love, relationship, or even jokes. I own CB150R and I love to ride it whenever I can. I am married and I have a wonderful wife that inspires my life. Cheers!

Wednesday, October 2, 2019

Konsepsi Hakiki Mahkluk Bumi

Pernahkah kamu berpikir tentang suatu paham?

Suatu pemikiran yang begitu rumit namun dapat dirumuskan menjadi sebuah pemahaman yang cukup sederhana. 

Bagaimana hukum itu bisa berawal?

Bagaimana sebuah Agama bisa dianut dan diperjuangkan?

Semua ketidakmapanan yang mengerucut menjadi suatu pemikiran untuk menggerakan orang banyak.

Konsep ketuhanan yang menimbulkan fanatisme yang berujung anarkisme.

Belum lagi bicara politik yang hakekatnya untuk kemakmuran tapi berujung pada polemik tak berujung.

Lantas apa itu kemanusiaan? 

Konsepsi sederhana yang banyak dipertanyakan namun selalu dielu elukan dan dijadikan tameng guna kepentingan pribadi "atas dasar kemanusiaan".

Caplok mencaplok tanpa henti dan geser menggeser tanpa pasti.

Apa yang otak dapat simpulkan dari kemelut kehidupan yang entah kapan akan berhenti.

Aku sempat bertanya kepada Tuhan. Buat apa Engkau ciptakaan mahkluk hipokrit bernama manusia?

Yang katanya segambar dan serupa denganmu. 

Yang bisanya saling tuduh, saling maki, saling berebut kuasa untuk mendekati ilahi.

Apakah manusiawi untuk saling membenci?

Hanya karena beda persepsi.

Hanya karena beda alas kaki.

Yang kaya semakin seksi, namun yang miskin hanya bisa menunggu mati.

Sebuah kenyataan yang paling hakiki dari hasil terciptanya sebuah hierarki..

Aku tidak sedang mengkritisi..

Hanya mencoba menelusuri.

Tiap delik, lorong - lorong, dan rongga hati dari ciptaan Tuhan yang tiada henti

Berlomba - lomba untuk mencari resep untuk bisa hidup abadi..

Monday, September 23, 2019

Cerita Ngambang - Larasati

Foto hanya pemanis
Alkisah disebuah desa di ujung utara Kabupaten Pasir Panjang Utara (nama fiktif belaka) tinggalah seorang gadis yang konon katanya cantik jelita. Tak perlu lagi dideskripsikan betapa menawanya paras sang gadis dan lekukan tubuhnya yang aduhai. Siapapun laki laki normal akan terbelalak melihat kemolekan dari sang gadis ini. Oh iya, namanya Larasati. 

Larasati tinggal berdua dengan adik kecilnya, bapak dan ibunya sudah tak tau kemana rimbanya. Kata orang, ikut cukong transmigrasi sampai ke perbatasan tanah jiran. Lama sekali tak ada kabar yang di dengar oleh Larasati. Dengan demikian, dia harus bertanggung jawab menafkahi kebutuhan adiknya karena siapa lagi kalau bukan dia. 

Seolah memang terdengar mustahil bisa ada seorang gadis rupawan yang terbengkalai begitu saja di sebuah desa kecil yang jauh dari peradaban. Tapi, memang begitulah adanya. Keajaiban dari sang pencipta yang tak pandang bulu dalam berkarya. Tanpa diduga duga bisa muncul secercah cahaya dari lorong yang dalam. Dalam hal ini, Larasati yang tak pernah menyangka bisa hidup di antah berantah yang jauh dari kata modern. Dan mungkin dia tak tahu juga apa itu teknologi, yang dia tahu hanyalah bagaimana untuk bisa bertahan hidup dan menghidupi adiknya. Bahkan dia tak tahu bahwa dirinya dilambangkan sebagai bidadari olah kaum laki laki. 

Jadi, bagaimana sih ceritanya si Larasati bisa sampai terkenal sampai ujung dunia? Hal ini tak lain dan tak bukan karena si Joni yang notabene tukang antar beras ke kota. Joni mungkin semenjak akil balik sudah menacapkan pandangan kepada Larasati. Tapi mungkin karena sifat Joni yang sangat pemalu yang membuat dia tak berani mendekati Larasati. Hanya dari jauh memandangi dengan penuh harap suatu hari bisa menikahi sang pujaan hati. Itulah yang selalu dipikirkan Joni. 

Karena pekerjaan Joni yang membuat dia memperoleh akses mengunjungi kota, Joni mengerti apa itu teknologi dan akhirnya kesampaian juga untuk bisa memiliki suatu karya teknologi yang berupa telepon selular (hape). Kebetulan hape Joni ada kameranya dan dia pergunakan itu untuk diam diam memfoto keindahan Larasati untuk keperluan pribadi (memandangi dan mengagumi). 

Suatu ketika, Joni pergi mengantar beras ke kota dan karena ada suatu kendala dengan tengkulak, Joni harus bermalam di kota itu. Pada malam harinya, Joni hanya melamun dan sudah kebiasaan Joni membuka hape dan memandangi foto Larasati sampai terlelap. Namun malam itu Joni belum bisa langsung tertidur. Dia memutuskan untuk jalan jalan mencari angin sambil melamun memikirkan Larasati. Ditengah jalan, Joni dihampiri 2 pemuda yang terlihat mencurigakan. Dua pemuda itu menegur Joni dan menanyakan kepada Joni apakah Joni merokok. Sungguh apes, Joni tidak merokok dan bingung apa yang bisa diberikan kepada 2 pemuda sangar itu. Tak habis akal, Joni bilang kepada 2 pemuda itu. "Kalau rokok aku tak punya tapi aku bisa kenalkan abang abang ke cewe cantik di kampungku bang." Sambil memperlihatkan gambar gadis yang dihape Joni. Kebingungan karena tingkah lugu Joni, dua pemuda itu yang ternyata namanya Ahmad dan Ujang menengok ke gambar gadis itu. Terbelalak mereka karena heran ada gadis secantik itu di desa yang terpencil. 

Antara kagum dan heran, Ahmad dan Ujang teringat kalau majikan mereka yang biasa mereka panggil Tuan Muda pernah bersayembara apabila memberikan informasi tentang seorang gadis rupawan untuk bisa dipersunting dan berkembang biak maka akan diberikan imbalan yang tak terkira. "Jang, cepat kita info Tuan Muda sapa tau nanti kita bisa dapet hadiah." Kata Ahmad. Tapi ujang punya pikiran lain, Ujang punya maksud untuk mengambil sendiri gadis itu karena Ujang memang masih bujang.

Namun niat Ujang masih disembunyikan dari Ahmad. Ujang tidak mau gegabah karena bisa jadi laki laki yang dicegatnya itu yang tak lain adalah si Joni berbohong supaya bisa dilepaskan. Tapi kenapa juga harus bohong karena tak sedikitpun ada niatan dari Ujang atau Ahmad untuk mencelakai atau berbuat kriminal kepada Joni karena mereka hanya mau meminjam korek api yang biasanya dipunyai oleh para perokok. Disinilah letak kebingungan mereka kepada Joni.

TAMAT




Thursday, September 5, 2019

Cerita Ngambang - KKN di Desa Penyanyi



Suyitno tinggal disebuah desa kecil bernama Kali Pancur. Desa itu lumayan terpencil. Terletak di ujung selatan sebuah Kotamadya kecil yang meskipun penduduknya tak begitu banyak namun tercecer ke seluruh pelosok negri. Suyitno dan ke lima kawannya sedang dalam menyelesaikan tugas akhir mereka dan harus mengambil KKN guna keperluan kuliahnya. Suyitno bingung karena mereka belum menemukan tempat untuk KKN yang layak buat mereka. Maklum, mereka sudah keduluan adek adek angkatan mereka.

Tak patah arang, Suyitno mencoba menggunakan segala cara dan koneksinya untuk bisa mendapatkan tempat untuk bisa menyelesaikan tugas KKN mereka. Pucuk dicinta ulampun tiba, ada kabar dari seorang kawan lama yang tinggal di Kotamadya yang mau membantu suyitno dan kawan kawanya untuk bisa menyelesaikan tugasnya.

Sarno membawa Suyitno ke sebuah desa bernama Sarirejo untuk dikenalkan dengan tuan Captain pengampu desa tersebut. "Koe sesuk melu aku ne deso kono yo Yit tak kenalke karo pak Captain" kata si Sarno kepada Suyitno. "Sopo kui pak Captain?" "Halah pokoke meluo, percoyo wae mbe aku." Ojolali bocahmu jak kabeh"

(Kamu besok ikut aku ke desa itu ya Yit, nanti kukenalkan dengan pak Captain" Siapa itu pak Captain? Sudah ikut saja, percaya saja sama aku dan jangan lupa ajak temanmu!")

Senang mendengar cerita dari Sarno, Suyitno mengajak Adi, Tamsil, Gatot, Mia dan Maria turut serta ke tempat pak Captain.

Waktu itu sudah lewat isha, dan mereka bertemu disebuah gedung yang nampaknya remang remang. Lampu tak begitu terang namun berkerlap kerlip karena tak cuma satu warna dan terus kedap kedip seakan mengikuti suatu irama.

Benar saja mulai terdengar alunan musik berdegup seolah mengajak badan untuk mengikuti alunanya. Mereka diajak masuk sebuah kamar yang lumayan gelap dan ada 1 layar televisi didepan mereka. Suyitno heran karena janjian mereka untuk meeting dengan pak Captain.

"No, jaremu rep meeting kok mbok jak ne nggon koyo ngene iki?"
"Rasah bingung koe Yit, sabar delok, pak Captain teko bariki."

(No, katamu mau meeting tapi kenapa malah ketempat seperti ini?)
(Gausah bingung kamu Yit, sabar sebentar, pak Captain akan datang.)

Pak Captain akhirnya datang sambil membawa jamuan. Ditentengnya enam botol besar minuman yang samar terlihat seperti ada logo bintang. Tanpa basa basi, pak Captain mempersilahkan untuk minum dan menyuruh Sarno menggambil beberapa botol lagi yang masih diluar.

"Waiki wes do ngumpul. Sak durunge ngomongke bisnis ayok do ngombe karo nyanyi sik ben penak ngko urusane." Pak Captain menyapa.

(Wah sudah pada ngumpul. Sebelum bicara bisnis ayo minum dulu sembari nyanyi biar enteng urusanya nanti.)

Suyitno bingung kenapa pak Captain berkata "nyanyi". Ternyata didepan kami ada meja dan diatas meja ada 2 buah microphone yang tergeletak. Adi dan Tamsil tanpa basa basi menyambar mic tersebut dan mulai bernyanyi. Mia dan Maria mulai minum minuman yang disuguhkan tanpa ragu.

Larut dalam gegap gempita alunan musik, Mia dan Maria mulai tak sadarkan diri. Samar Suyitno mendengar si Sarno bilang kepada pak Captain. "Wes mulai Oleng kui Captain!"

Namun Suyitno sudah terlanjur tumbang.


Tamat




Monday, September 2, 2019

Cerpen Ngambang - Alam

Mentari mulai tenggelam, alam baru menampakan batang hidungnya. Bisa jadi dia baru saja bangun dari tidurnya yang panjang. Alam memang bukan mahluk yang tahan dengan tajamnya sinar dari sang surya yang teramat mengusik mata. Lebih cenderung mahkluk nocturnal yang notabene mumpuni di gelapnya malam.

Hari demi hari Alam habiskan keluyuran di malam hari guna memastikan bahwa besok lambungnya bakal terjamin tidak kosong. Alam bisa melakukan apa saja, multi talent orang bilang. Nyopet, njambret, nodong sudah bukan barang baru buat dia. Tanyalah codet di muka dia. Mungkin kalau bisa ngomong, si codet bakal bilang "mo migrasi ajalah dari sini, udah sesak ga bisa gerak". Memang mukanya uda ga jelas lagi karena terlalu banyak sabetan benda benda tajam yang mengarah ke mukanya.

Alam sangat disegani di kelompoknya, meskipun perawakanya tidak terlalu besar tapi otot otot dibadanya sangatlah keras. Bukan didapati dari hasil ngegym ala ala cowok metrosex tapi lebih banyak berkembang karena hobinya berurusan  dengan bandit bandit di wilayahnya. Hampir tiap hari ada saja orang orang yang menantangnya berkelahi. Pukul 8 malam keatas adalah waktunya Alam buat melatih tiap jengkal otot dibadanya. Sudah tak terhitung lagi berapa kali Alam mengetuk pintu malaikat pencabut nyawa. Namun memang belum keberuntungan dia karena si malaikat masih enggan membukakan pintu baginya.

Akan tetapi, ada sisi sisi dari Alam yang banyak orang tidak tahu. Salah satu sisi kepribadian Alam yang mungkin akan membuat orang heran karena mungkin bertentangan dengan penampakan dia yang garang adalah kelembutan dia kepada adik perempuanya Aliyah. Alam begitu sayang kepada adiknya ini. Sejak kecil mereka hidup berdua dan Alam selalu memberikan dukungan terbaik bagi adiknya ini.

Suatu ketika, Alam sedang berjalan berdua dengan adiknya di sebuah taman kota. Waktu itu matahari mulai meredup mempersilahkan sang malam untuk mengambil alih peran. Bagi kebanyakan orang, taman kota itu tidak begitu aman menjelang malam hari. Mulai banyak aktifitas geng dan juga transaksi illegal yang terjadi di area itu. Memang pengawalan polisi sangatlah minim. Orang bilang oknum oknum polisi yang seharusnya berjaga di wilayah itu sudah dibeli oleh bandar bandar besar guna melanggengkan praktek illegal di area taman situ.

Mereka berdua berjalan menyusuri taman itu dan kebetulan melewati sebuah gerombolan laki laki bertato. Tampang mereka terlihat beringas seakan memberi tanda kepada orang orang disekitarnya untuk tidak mendekati gerombolan itu. Insting Alam mengatakan bahwa akan ada suatu kejadian yang tak mengenakan yang akan terjadi. Betul saja, ketika mereka mulai mendekati gerombolan tersebut, salah satu laki laki dari gerombolan itu melirik ke arah Aliyah dan spontan laki laki itu berujar "cewe cantik neeh". Kata kata tersebut langsung memantik perhatian seluruh gerombolan. Satu per satu laki laki itu melontarkan kata kata godaan.

Alam terpancing emosinya, dia tak terima adiknya diperlakukan seperti itu. Sontak dia merespon dan berkata "yang sopan donk Bang!". Respon Alam ditangkap dingin oleh gerombolan tersebut. "Biasa aja lu tong!" Salah satu dari mereka menghampiri Alam dan mearik kaosnya "cari mati lu?" kata orang itu. Alam tak bergidik, diraihnya pisau kecil disaku kiri celananya dan dia tusukkan pisau itu tepat dibagian kanan pinggang laki laki itu. Terkejut dan kesakitan, dilepaskanya genggamanya dari kaos Alam. Terbebas dari genggaman, Alam tak memberi ampun, disabetkan lagi pisau kecil itu kebagian leher laki laki itu dan tumbanglah laki laki itu ketanah sambil memegangi lehernya.

Tak berhenti disitu. Alam mengincar gerombolan yang lain dan merekapun bernasib sama. Tersungkur bersimbah darah oleh karena sabetan pisau Alam.

Terengah - engah karena sudah terlibat perkelahian berdarah, mata Alam mencari cari adiknya. Lega melihat adiknya baik - baik saja, alam tersenyum simpul sembari berkata "ayo pulang".

Aliyah terdiam dan nurut saja digandeng kakaknya pulang.






Wednesday, August 28, 2019

Cerpen Ngambang - Bukan Saya!

Namaku Anisa umurku 23 tahun. Aku sudah lama malang melintang di dunia malam. Sebutkan saja satu persatu pasti aku paling tidak punya sedikit pengalaman. Diskotek dan ajeb ajeb sudah pernah. Pijat memijat aku sedikit mahir. Nyanyi apalagi, hampir tiap hari ga pernah absen dari yang satu ini.

Tapi hari ini sangat berbeda. Aku terbangun dari tidurku dan langit sudah gelap. Entah jam berapa tapi yang pasti matahari sudah ga keliatan lagi batang hidungnya. Aneh, memang biasanya aku betah tidur tapi ga pernah sampai selama ini. Makin aneh karena aku tidur masih dengan pakaian lengkap. Biasanya tinggal kain tipis yang menempel dibadan.

Mungkin aku terlalu lelah. Tak kuingat lagi apa yang terjadi kemarin. Semua terasa aneh, laparpun tidak kurasakan walau ada sedikit rasa haus tapi sepertinya bukan air yang kuinginkan. Sungguh aneh. Aku tak mau larut dengan perasaan aneh ini. Aku mau keluar saja dari rumah. Mungkin hembusan angin dan dinginya malam bisa sedikit memantik kerja otaku yang terasa membeku.

Aku mulai berjalan. Kususuri sudut kampungku dengan berjalan pelan. Satu demi satu orang berpapasan denganku namun tak satupun dari mereka peduli seolah aku tak ada. Padahal sebagian dari mereka kenal denganku. Benar benar hari yang sangat aneh pikirku. Langkahku terhenti dipojok tempat tukang ojek mangkal. Aku berfikir ada baiknya untuk pergi ketempat kerja. Siapa tahu dengan bertemu orang orang disana aku bisa sedikit lebih ceria.

Aku panggil abang gojek itu pelan, "bang gojek bang" kataku. Abang itu celingukan seperti ada yang memanggil tapi tidak tahu dari mana. Lagi kupanggil abang gojek itu. Kali ini sedikit lebih keras namun tetap saja abang itu celingukan. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampiri abang gojek itu sembari menepuk pundaknya. "bang antar eneng ke Blok M donk bang". Akhirnya abang gojek itu menoleh ke arahku. Namun lagi lagi keanehan terjadi. Bukan anggukan atau kesanggupan untuk mengantarku namun justru teriakan "Bukaaaan sayaaa mbaa" yang kudapati.

Wednesday, August 21, 2019

Cerpen Ngambang - Cermin

Namaku Celia, aku masih berumur 15 tahun. Kedua orangtuaku sudah lama pergi meninggalkan anak anaknya. Sekarang aku hidup bersama kakaku saja.

Aku suka menyediri dan enggan bagiku untuk meninggalkan kamar. Sebuah ruangan kecil berukuran 4x4 meter yang tidak mempunyai jendela dan hanya memiliki 1 pintu sebagai akses keluar masuk.Jika kamu bertanya bagaimanna pengapnya kamarku, maka aku tidak akan heran. Namun, jangan kuatir masih ada lubang kecil diatas pintu yang bisa jadi sebuah ventilasi. Sentuhan manusiawi sang designer rumah. Suatu hal yang mencegahku tercekik oleh karena perputaran udara yang sangat minimal.

Hal kecil di kamarku yang sangat aku kagumi adalah sebuah cermin besar yang terletak di pojok kiri kamarku, tepat disebelah almari bajuku. Kaca ini peninggalan moyangku. Ketika ayahku masih disini, dia sangat suka berlama - lama memandangi cermin antik ini. Entah apa yang di benaknya waktu itu, tapi dia sangat betah berdiri didepan cermin itu. Ketika ayahku pergi, cermin ini kumasukan ke kamarku supaya aku selalu ingat pada ayahku.

Hari demi hari kuhabiskan dalam lamunan dan kesendirian. Aku tak banyak teman, paling paling hanya satu atau dua orang saja yang mau menyapaku. Entah, mereka bisa dibilang teman atau bukan yang pasti cuma orang orang itu tadi yang mau menyapaku.

Suatu ketika, sepulang aku dari sekolah. Kira kira ketika langit mulai meredup dan waktu mulai mendekati adzan maghrib. Aku sudah sampai rumah, tak kulihat kakaku dirumah entah dimana aku kurang tahu. Sudah hampir tiga hari tidak terlihat. Memang kami tidak begitu akrab. Walaupun tinggal serumah, aku dan kakaku jarang sekali berbicara. Paling paling sapaan ringan seperti "hai, masih idup loe?" atau "baguslah masih bisa melek". Sapaan kasih sayang yang seolah olah menyuruhku untuk cepat cepat mati. Aku tak peduli. Namun, pulang tanpa mendengar sapaan mesra kakaku terasa seperti minum kopi tanpa ditemani sebatang rokok. Ya, benar aku seorang perokok dan sudah dari SMP aku mengenal si tembakau linting ini.

Aku masuk kamar dan kututup rapat pintu kamarku. Aku mulai duduk termenung, menghayati setiap detik waktuku yang selama 15 tahun ini belum mau berhenti. Kudengarkan hembusan hafasku dan aku mulai terserang hawa kantuk. Dalam lamunanku dan beratnya kelopak mataku, samar terlihat sekelebat cahaya yang mengarah ke samping kiri kamarku. Kelebatan itu berhenti tepat pada cermin antik itu.

Dengan langkah berat, ku ikuti rasa penasaranku dan mulai kuhampiri cermin itu. Tergopoh - gopoh aku mulai mendekat. Didepan cermin, aku berdiri dan kupandangi sosok itu. Aku berdiri lama memandangi cermin. Dalam benaku terbersit suatu pertanyaan "Entah apa yang ada di benaku waktu itu?".


Monday, August 19, 2019

Yuk Belajar Bikin Puisi - Rima

Kali ini aku mau sedikit berbagi pengalaman ah..

Aku suka dengan dunia tulis menulis, walau belum sampai menghasilkan recehan, namun paling tidak bisa sedikit melampiaskan sisi sisi dalam diriku yang mungkin enggan meninggalkan benak..

Aku ingat pertama kali meyenangi dunia dalam balutan tinta ketika masih kelas 4 SD. Dari situ aku mulai belajar mebuat puisi puisi sederhana sekelas anak SD walau belum pernah sekalipun tampil dalam ajang atau lomba lomba menulis puisi. Percaya atau engga, aku sangat pemalu dan sedikit tertutup.

Oke, sekarang aku mau berbagi ilmu sedikit tentang bagaimana sih membikin puisi. Well, aku sendiri sebenarnya juga bukan ahli cuman kebetulan hobby. Banyak sekali tehnik membuat puisi dan yang paling simpel adalah membuat rima. Perlu diingat bahwasanya tidak ada suatu pakem apapun dalam pembuatan puisi karena sejatinya puisi itu buah karya otentik dari sang penulis yang menggambarkan karakter penulis. So, bebas bebas aja sebenarnya. Rima ini hanya suatu teknik penulisan saja yang menurutku akan membuat puisi enak didengar.

Jadi, apa sih rima itu? Menurut KBBI rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan Jadi kurang lebih ya pengulangan bunyi dalam akhir kalimat pada sebuah puisi atau sajak. 

Yuk langsung simak contoh dalam puisi karangan saya sendiri yang berjudul Cinta:

Hidup itu katanya penuh Cinta

Namun kenapa kamu merasa menderita?


Tak kulihat ada luka.

Namun kenapa kamu berduka?


Tak perlu ragu bertanya

Cukup sujud dan sebut namaNya

Setelah menyimak puisi diatas, sudah pahamkah apa itu rima?

Betul! dari puisi 3 bait diatas ada pola pada kata yang berakhiran sama. Bait 1 adalah "ta", bait 2 adalah "ka" dan bait 3 adalah "nya".

So, ayo buat puisi kalian!

Cheers!!!




Sunday, August 18, 2019

Dirgahayu Indonesiaku yang ke 74! Sudahkah kita merdeka?

Sudah 74 Tahun NKRI kokoh berdiri. Sudah banyak pula perkembangan dan kemajuan yang dicapai Indonesia dalam kurun waktu tersebut.

Negara ini sudah merdeka dan maju dalam berbagai sektor terutama teknologi dan infrastruktur. Pemerintah tidak anti teknologi namun justru mendorong warganya terutama kaum muda untuk terus berpacu dalam bidang ini. Baru kali ini tv swasta dan didukung pemerintah menyiarkan pertandingan game online secara langsung. Bahkan Presiden mendukung penuh pertandingan tersebut dan tak ragu menggelontorkan dana guna mendukung terlaksananya acara tersebut. Aneh memang, game yang notabene dikategorikan sebagai "time waster" justru malah didukung dan diorbitkan sebagai salah satu pintu kemajuan teknologi. Salut!

Terlebih, infrastruktur yang dikebut habis hingga terciptanya jalur tol yang terkoneksi dari barat sampai timur. Dua kota besar di ujung barat dan ujung timur pulau Jawa sekarang dapat menikmati kemudahan transportasi dan memangkas waktu tempuh yang sangat signifikan. Hal yang menggembirakan tentu saja, mengingat proyek ini sudah mangkrak bertahun tahun dan baru bisa selesai tahun 2019.

Sebuah prestasi yang sangat membanggakan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Namun, sungguhkah kemerdekaan sudah terealisasi ke seluruh lapisan masyarakat?

Pertanyaan yang mungkin bisa sangat subjective. Namun bisa jadi sebuah bahan introspeksi tak hanya bagi pemerintah namun juga individu atau warga Indonesia sendiri.

Menurut data statistik dari ADB, 9,8% penduduk Indonesia pada tahun 2017 masih hidup dibawah garis kemiskinan dan 5,7% hanya mempunyai daya beli dibawah 2$ (USD) atau kurang dari IDR 28.000. Jadi, masih ada PR bagi pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan. Data yang lain menyebutkan bahwa pada tahun 2018, masih ada sekitar 4,3% penganguran di Indonesia. Namun demikian, kita masih bisa sedikit berbangga karena mulai tahun 2016 wilayah Indonesia yang sudah dialiri listrik ada 97.6% walau baru 37.2% yang berasal dari energy yang terbarukan.

Sebuah pencapaian memang layak untuk dirayakan, namun jangan sampai kita melupakan bahwa pencapaian bukanlah akhir perjuangan. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pembukaan lapangan usaha dan peningkatan daya beli kalangan menengah kebawah harus selalu diupayakan dan tak lupa menjaga tingkat inflasi supaya jangan sampai jatuh dan terpuruk.

Jayalah Negriku!
Damailah Bagsaku!

INDONESIA MERDEKA!!!

Wednesday, August 14, 2019

Seberapa berhargakah waktu anda?


Pertanyaan ini pasti sering terlintas di benak anda. Pertanyaan yang mempunyai cakupan perspektif yang luas dan sangat subjektif.

Namun, kali ini saya akan memberikan perkiraan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan sebuah analogi sederhana dan kontekstual.

Mari kita kilhat dari demografi Indonesia. Negara ini mempunyai standar acuan UMP dan UMK sebagai acuan untuk pengupahan berdasarkan wilayah.

Menurut okezone.com, kota dengan umk tertinggi adalah Karawang dengan upah sebesar Rp. 4.234.010 sedangkan kabupaten banjarnegara terendah dengan UMK sebesar Rp. 1.610.000.

Kembali ke pertanyaan awal, jadi seberapa berhargakah waktu kita?

Andaikata kita ambil titik acuan di angka Rp.2.590.000 untuk upah seluruh wilayah Indonesia. Maka, waktu warga Indonesia akan mempunyai harga sebesar 1 Rupiah/detik.
1 Rupiah/detik didapat dari perkiraan waktu total 30 hari dengan upah sebesar Rp. 2.590.000. (30x24x60x60).

Bayangkanlah dengan uang Rp. 15.000. Uang tersebut sudah sanggup membeli waktu anda kurang lebih 4 jam. Jadi, lihat sekeliling anda dan terutama pada keluarga (orang tua) anda. Mereka ada untuk anda sejak anda lahir di dunia ini. Andaikata umur anda 30 tahun, sudah senilai Rp.932.400.000. Nilai yang sangat besar untuk ukuran warga yang berupah rata rata Rp. 2.590.000. Itu kalau orang tua anda mempunyai penghasilan rata rata 1 Rupiah/detik. Andai andai orang tua anda Bill gates yang mempunyai penghasilan Rp. 16.000/detik maka sudah pasti akan sangat besar nilainya.

Ini hanya sebuah analogi, intisari dari analogi ini adalah bersyukur kepada Tuhan atas anugrah berupa waktu yang sangat mahal nilainya. Dan juga, kepada orang orang yang telah meluangkan waktunya kepada anda sehingga anda bisa menjadi pribadi seperti saat ini.


Salam damai.