About Me

My photo
Salatiga, Central Java, Indonesia
Hi I am Bramantya Widiantoro but most people know me by Badonx. I love adventure and nature tho I must admit that I have not spent much time in this. I write stories and poems to express my feelings toward many things such as humanity, love, relationship, or even jokes. I own CB150R and I love to ride it whenever I can. I am married and I have a wonderful wife that inspires my life. Cheers!

Wednesday, August 28, 2019

Cerpen Ngambang - Bukan Saya!

Namaku Anisa umurku 23 tahun. Aku sudah lama malang melintang di dunia malam. Sebutkan saja satu persatu pasti aku paling tidak punya sedikit pengalaman. Diskotek dan ajeb ajeb sudah pernah. Pijat memijat aku sedikit mahir. Nyanyi apalagi, hampir tiap hari ga pernah absen dari yang satu ini.

Tapi hari ini sangat berbeda. Aku terbangun dari tidurku dan langit sudah gelap. Entah jam berapa tapi yang pasti matahari sudah ga keliatan lagi batang hidungnya. Aneh, memang biasanya aku betah tidur tapi ga pernah sampai selama ini. Makin aneh karena aku tidur masih dengan pakaian lengkap. Biasanya tinggal kain tipis yang menempel dibadan.

Mungkin aku terlalu lelah. Tak kuingat lagi apa yang terjadi kemarin. Semua terasa aneh, laparpun tidak kurasakan walau ada sedikit rasa haus tapi sepertinya bukan air yang kuinginkan. Sungguh aneh. Aku tak mau larut dengan perasaan aneh ini. Aku mau keluar saja dari rumah. Mungkin hembusan angin dan dinginya malam bisa sedikit memantik kerja otaku yang terasa membeku.

Aku mulai berjalan. Kususuri sudut kampungku dengan berjalan pelan. Satu demi satu orang berpapasan denganku namun tak satupun dari mereka peduli seolah aku tak ada. Padahal sebagian dari mereka kenal denganku. Benar benar hari yang sangat aneh pikirku. Langkahku terhenti dipojok tempat tukang ojek mangkal. Aku berfikir ada baiknya untuk pergi ketempat kerja. Siapa tahu dengan bertemu orang orang disana aku bisa sedikit lebih ceria.

Aku panggil abang gojek itu pelan, "bang gojek bang" kataku. Abang itu celingukan seperti ada yang memanggil tapi tidak tahu dari mana. Lagi kupanggil abang gojek itu. Kali ini sedikit lebih keras namun tetap saja abang itu celingukan. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampiri abang gojek itu sembari menepuk pundaknya. "bang antar eneng ke Blok M donk bang". Akhirnya abang gojek itu menoleh ke arahku. Namun lagi lagi keanehan terjadi. Bukan anggukan atau kesanggupan untuk mengantarku namun justru teriakan "Bukaaaan sayaaa mbaa" yang kudapati.

Wednesday, August 21, 2019

Cerpen Ngambang - Cermin

Namaku Celia, aku masih berumur 15 tahun. Kedua orangtuaku sudah lama pergi meninggalkan anak anaknya. Sekarang aku hidup bersama kakaku saja.

Aku suka menyediri dan enggan bagiku untuk meninggalkan kamar. Sebuah ruangan kecil berukuran 4x4 meter yang tidak mempunyai jendela dan hanya memiliki 1 pintu sebagai akses keluar masuk.Jika kamu bertanya bagaimanna pengapnya kamarku, maka aku tidak akan heran. Namun, jangan kuatir masih ada lubang kecil diatas pintu yang bisa jadi sebuah ventilasi. Sentuhan manusiawi sang designer rumah. Suatu hal yang mencegahku tercekik oleh karena perputaran udara yang sangat minimal.

Hal kecil di kamarku yang sangat aku kagumi adalah sebuah cermin besar yang terletak di pojok kiri kamarku, tepat disebelah almari bajuku. Kaca ini peninggalan moyangku. Ketika ayahku masih disini, dia sangat suka berlama - lama memandangi cermin antik ini. Entah apa yang di benaknya waktu itu, tapi dia sangat betah berdiri didepan cermin itu. Ketika ayahku pergi, cermin ini kumasukan ke kamarku supaya aku selalu ingat pada ayahku.

Hari demi hari kuhabiskan dalam lamunan dan kesendirian. Aku tak banyak teman, paling paling hanya satu atau dua orang saja yang mau menyapaku. Entah, mereka bisa dibilang teman atau bukan yang pasti cuma orang orang itu tadi yang mau menyapaku.

Suatu ketika, sepulang aku dari sekolah. Kira kira ketika langit mulai meredup dan waktu mulai mendekati adzan maghrib. Aku sudah sampai rumah, tak kulihat kakaku dirumah entah dimana aku kurang tahu. Sudah hampir tiga hari tidak terlihat. Memang kami tidak begitu akrab. Walaupun tinggal serumah, aku dan kakaku jarang sekali berbicara. Paling paling sapaan ringan seperti "hai, masih idup loe?" atau "baguslah masih bisa melek". Sapaan kasih sayang yang seolah olah menyuruhku untuk cepat cepat mati. Aku tak peduli. Namun, pulang tanpa mendengar sapaan mesra kakaku terasa seperti minum kopi tanpa ditemani sebatang rokok. Ya, benar aku seorang perokok dan sudah dari SMP aku mengenal si tembakau linting ini.

Aku masuk kamar dan kututup rapat pintu kamarku. Aku mulai duduk termenung, menghayati setiap detik waktuku yang selama 15 tahun ini belum mau berhenti. Kudengarkan hembusan hafasku dan aku mulai terserang hawa kantuk. Dalam lamunanku dan beratnya kelopak mataku, samar terlihat sekelebat cahaya yang mengarah ke samping kiri kamarku. Kelebatan itu berhenti tepat pada cermin antik itu.

Dengan langkah berat, ku ikuti rasa penasaranku dan mulai kuhampiri cermin itu. Tergopoh - gopoh aku mulai mendekat. Didepan cermin, aku berdiri dan kupandangi sosok itu. Aku berdiri lama memandangi cermin. Dalam benaku terbersit suatu pertanyaan "Entah apa yang ada di benaku waktu itu?".


Monday, August 19, 2019

Yuk Belajar Bikin Puisi - Rima

Kali ini aku mau sedikit berbagi pengalaman ah..

Aku suka dengan dunia tulis menulis, walau belum sampai menghasilkan recehan, namun paling tidak bisa sedikit melampiaskan sisi sisi dalam diriku yang mungkin enggan meninggalkan benak..

Aku ingat pertama kali meyenangi dunia dalam balutan tinta ketika masih kelas 4 SD. Dari situ aku mulai belajar mebuat puisi puisi sederhana sekelas anak SD walau belum pernah sekalipun tampil dalam ajang atau lomba lomba menulis puisi. Percaya atau engga, aku sangat pemalu dan sedikit tertutup.

Oke, sekarang aku mau berbagi ilmu sedikit tentang bagaimana sih membikin puisi. Well, aku sendiri sebenarnya juga bukan ahli cuman kebetulan hobby. Banyak sekali tehnik membuat puisi dan yang paling simpel adalah membuat rima. Perlu diingat bahwasanya tidak ada suatu pakem apapun dalam pembuatan puisi karena sejatinya puisi itu buah karya otentik dari sang penulis yang menggambarkan karakter penulis. So, bebas bebas aja sebenarnya. Rima ini hanya suatu teknik penulisan saja yang menurutku akan membuat puisi enak didengar.

Jadi, apa sih rima itu? Menurut KBBI rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan Jadi kurang lebih ya pengulangan bunyi dalam akhir kalimat pada sebuah puisi atau sajak. 

Yuk langsung simak contoh dalam puisi karangan saya sendiri yang berjudul Cinta:

Hidup itu katanya penuh Cinta

Namun kenapa kamu merasa menderita?


Tak kulihat ada luka.

Namun kenapa kamu berduka?


Tak perlu ragu bertanya

Cukup sujud dan sebut namaNya

Setelah menyimak puisi diatas, sudah pahamkah apa itu rima?

Betul! dari puisi 3 bait diatas ada pola pada kata yang berakhiran sama. Bait 1 adalah "ta", bait 2 adalah "ka" dan bait 3 adalah "nya".

So, ayo buat puisi kalian!

Cheers!!!




Sunday, August 18, 2019

Dirgahayu Indonesiaku yang ke 74! Sudahkah kita merdeka?

Sudah 74 Tahun NKRI kokoh berdiri. Sudah banyak pula perkembangan dan kemajuan yang dicapai Indonesia dalam kurun waktu tersebut.

Negara ini sudah merdeka dan maju dalam berbagai sektor terutama teknologi dan infrastruktur. Pemerintah tidak anti teknologi namun justru mendorong warganya terutama kaum muda untuk terus berpacu dalam bidang ini. Baru kali ini tv swasta dan didukung pemerintah menyiarkan pertandingan game online secara langsung. Bahkan Presiden mendukung penuh pertandingan tersebut dan tak ragu menggelontorkan dana guna mendukung terlaksananya acara tersebut. Aneh memang, game yang notabene dikategorikan sebagai "time waster" justru malah didukung dan diorbitkan sebagai salah satu pintu kemajuan teknologi. Salut!

Terlebih, infrastruktur yang dikebut habis hingga terciptanya jalur tol yang terkoneksi dari barat sampai timur. Dua kota besar di ujung barat dan ujung timur pulau Jawa sekarang dapat menikmati kemudahan transportasi dan memangkas waktu tempuh yang sangat signifikan. Hal yang menggembirakan tentu saja, mengingat proyek ini sudah mangkrak bertahun tahun dan baru bisa selesai tahun 2019.

Sebuah prestasi yang sangat membanggakan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Namun, sungguhkah kemerdekaan sudah terealisasi ke seluruh lapisan masyarakat?

Pertanyaan yang mungkin bisa sangat subjective. Namun bisa jadi sebuah bahan introspeksi tak hanya bagi pemerintah namun juga individu atau warga Indonesia sendiri.

Menurut data statistik dari ADB, 9,8% penduduk Indonesia pada tahun 2017 masih hidup dibawah garis kemiskinan dan 5,7% hanya mempunyai daya beli dibawah 2$ (USD) atau kurang dari IDR 28.000. Jadi, masih ada PR bagi pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan. Data yang lain menyebutkan bahwa pada tahun 2018, masih ada sekitar 4,3% penganguran di Indonesia. Namun demikian, kita masih bisa sedikit berbangga karena mulai tahun 2016 wilayah Indonesia yang sudah dialiri listrik ada 97.6% walau baru 37.2% yang berasal dari energy yang terbarukan.

Sebuah pencapaian memang layak untuk dirayakan, namun jangan sampai kita melupakan bahwa pencapaian bukanlah akhir perjuangan. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pembukaan lapangan usaha dan peningkatan daya beli kalangan menengah kebawah harus selalu diupayakan dan tak lupa menjaga tingkat inflasi supaya jangan sampai jatuh dan terpuruk.

Jayalah Negriku!
Damailah Bagsaku!

INDONESIA MERDEKA!!!

Wednesday, August 14, 2019

Seberapa berhargakah waktu anda?


Pertanyaan ini pasti sering terlintas di benak anda. Pertanyaan yang mempunyai cakupan perspektif yang luas dan sangat subjektif.

Namun, kali ini saya akan memberikan perkiraan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan sebuah analogi sederhana dan kontekstual.

Mari kita kilhat dari demografi Indonesia. Negara ini mempunyai standar acuan UMP dan UMK sebagai acuan untuk pengupahan berdasarkan wilayah.

Menurut okezone.com, kota dengan umk tertinggi adalah Karawang dengan upah sebesar Rp. 4.234.010 sedangkan kabupaten banjarnegara terendah dengan UMK sebesar Rp. 1.610.000.

Kembali ke pertanyaan awal, jadi seberapa berhargakah waktu kita?

Andaikata kita ambil titik acuan di angka Rp.2.590.000 untuk upah seluruh wilayah Indonesia. Maka, waktu warga Indonesia akan mempunyai harga sebesar 1 Rupiah/detik.
1 Rupiah/detik didapat dari perkiraan waktu total 30 hari dengan upah sebesar Rp. 2.590.000. (30x24x60x60).

Bayangkanlah dengan uang Rp. 15.000. Uang tersebut sudah sanggup membeli waktu anda kurang lebih 4 jam. Jadi, lihat sekeliling anda dan terutama pada keluarga (orang tua) anda. Mereka ada untuk anda sejak anda lahir di dunia ini. Andaikata umur anda 30 tahun, sudah senilai Rp.932.400.000. Nilai yang sangat besar untuk ukuran warga yang berupah rata rata Rp. 2.590.000. Itu kalau orang tua anda mempunyai penghasilan rata rata 1 Rupiah/detik. Andai andai orang tua anda Bill gates yang mempunyai penghasilan Rp. 16.000/detik maka sudah pasti akan sangat besar nilainya.

Ini hanya sebuah analogi, intisari dari analogi ini adalah bersyukur kepada Tuhan atas anugrah berupa waktu yang sangat mahal nilainya. Dan juga, kepada orang orang yang telah meluangkan waktunya kepada anda sehingga anda bisa menjadi pribadi seperti saat ini.


Salam damai.